Allah menciptakan manusia salah
satunya adalah menjadi pemimpin di muka bumi ini, dalam sejarah manusia,
manusia selalu beerperang baik secara fisik, maupun pemikiran untuk memperoleh
kekuasaan, memang manusia mempunyai naluri untuk berkuasa, memimpin dan
berdominasi untuk mengaktualisasikan dirinya bahwa dia ingin diakui
keberadaannya.
Memimpin merupakan sebuah seni
yang sulit untuk dikonsepkan secara teori, karena beda geografis, beda etnis,
dan lain sebagainya membuat seni ini membutuhkan manusia yang mempunyai
reputasi dalam kepemimpinan
Track recordlah yang membuat
seseorang bisa belajar dari kesalahan dan pengalaman, sehingga semakin dia
sering memimpin, maka ia akan semakin ulung dalam memimpin dan kecepatan dalam
menyelesaikan masalah semakin cepat.
Memimpin tidaklah mudah, apalagi
di Indonesia dengan masyarakat yang majemuk, dengan berbagai etnis dan suku
dengan pulau-pulau yang berbeda-beda, perbedaan antar agama, pemikiran, ras dan
lain sebagainya sehingga satu sama lain membela kelompoknya masing-masing.
Inilah menjadi sumber konflik dari perbedaan-perbedaan ini jika salah satu
kepentingan dari kelompok tersebut terusik oleh yang lain.
Konteks sekrang memeang
membutuhkan pemimpin yang kuat. Karena pemimpin yang kuat bisa menaklukan,
mengendalikan apapun yang ada dilingkungannya. Ia sulit di goyahkan dan
dijatuhkan karena ia kuat dalam memimpin, akan tetapi kuat saja tidaklah cukup,
ia haruslah baik dalam menghadapi masyarakat yang mengeluh terhadapnya, ia
tegas dalam menegakkan kebenaran dan marah jika melihat kebathilan.
Akan tetapi jika pemimpin itu
kuat, tetapi ia tidak baik secara sikap, maka ia akan melakukan kedzoliman yang
tidak pro terhadap rakyatnya. Karena pemimpin itu beertujuan untuk kebaikan
rakyatnya, bukan pribadi atau kelompoknya, maka dari itu orientasi seorang
pemimpin haruslah mensejahterakan, memakmurkan rakyatnya. Artinya ia harus
berkorban baik jiwa, pikiran, waktu dan hartanya untuk rakyatnya, mengabdikan
dirinya selain kepada Allah juga kepada rakyatnya secara wajar.