Jumat, 14 Februari 2014

MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DUNIA TERHADAP PEMBANGUNAN INDONESIA

MAKALAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DUNIA TERHADAP PEMBANGUNAN INDONESIA

 

 
















disusun oleh :

Berry Sastrawan
(D. 11 10 150)
Della Arumita S.
(D. 11 10 135)
Farhan Kamal
(D. 11 10 142)
Iin Kurniasih
(D. 12 10 063)


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL, ILMU POLITIK DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2012

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu dalam menyelesaikannya yaitu makalah Administrasi Pembangunan yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Administrasi Pembangunan

            Dengan rendah hati penulis membuat makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Dimana dalam pembentukan dan penyusunan makalah ini penulis melakukannya penuh dengan kerja keras, dari mencari bahan materi, penyusunan, sampai peninjauan pustaka dari berbagai macam buku dan sumber-sumber yang lain, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan hal tersebut dijadikan Motivasi dan Evaluasi dalam membuat tulisan karya Ilmiah yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.







Bogor, 22 Juni 2013

                               

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
...............................
I
DAFTAR ISI
...............................
Ii
BAB I             PENDAHULUAN
...............................
1
1.1.Latar Belakang Masalah
...............................
1
1.2.Rumusan Masalah
...............................
1
1.3.Tujuan
...............................
2
1.4.Tinjaun Pustaka
...............................
2
BAB II            PEMBAHASAN
...............................
3
2.1.Definisi Iklim
...............................
3
2.2.Macam-Macam Iklim Di Indonesia
...............................
5
2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Di Indonesia
...............................
6
2.4.Kondisi Perubahan Iklim Di Indonesia
...............................
7
2.5.Dampak yang Disebabkan Perubahan Iklim
...............................
9
2.5.1.      Efek Rumah Kaca
...............................
13
2.5.2.      Bidang Pertanian
...............................
14
2.5.3.      Bidang Administrasi Pembangunan
...............................
16
2.6.Antisipasi Perubahan Iklim
...............................
17
2.6.1.      Mengurangi Efek Rumah Kaca
...............................
17
2.6.2.      Protokol Kyoto
...............................
19
2.6.3.      Bidang Pertanian
...............................
20
2.6.4.      Solusi Alternatif
...............................
22
BAB IV          PENUTUP
...............................
26
3.1.Kesimpulan
...............................
26
3.2. Saran
...............................
27
DAFTAR PUSTAKA
...............................
28

  


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Di Indonesia secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Seluruh kepulauan Indonesia yang letaknya sepanjang khatulistiwa antara 6° LU dan 11° LS dan antara 95° dan 141° BT termasuk daerah beriklim tropis. Sifat utamanya ialah suhu yang selalu tinggi, tanpa penyimpangan-penyimpangan yang besar.
Sehingga dalam hal ini dipelajarilah mengenai iklim di Indonesia salah satunya yaitu mengenai macam – macam iklim di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun guna dari mempelajari lebih lanjut mengenai Iklim di Indonesia beserta macam serta faktor yang dapat mempengaruhi iklim di Indonesia yang mana akan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu hal ini juga berpengaruh pada keadaan tanah yang menjadi media tumbuh untuk tanaman yang dibudidayakan.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa definisi Iklim?
2.      Apa macam-macam  iklim di Indonesia?
3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi iklim di Indonesia ?
4.      Apa saja bentuk-bentuk kerugian dan keuntungan adanya iklim di Indonesia ?
5.      Bagaimana pengaruh  iklim di Indonesia seperti pada pembangunan ?
1.3.Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu iklim
2.      Untuk mengenal akan macam-macam iklim di Indonesia
3.      Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi iklim di Indonesia
4.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk kerugian dan keuntungan adanya iklim di Indonesia
5.      Untuk mengetahui pengaruh  iklim di Indonesia seperti pada pembangunan.
1.4.Kajian Pustaka
Bahan-bahan makalah kami ambil dari situs-situs internet yang berbeda-beda agar supaya data yang kami kumpulkan tentang materi pemanasan global bisa mendekati kejadian yang sebenarnya telah terjadi dan bisa menyampaikan materi dengan baik. Untuk lebih jelasnya nanti kami lampirkan pada daftar pustaka sumber-sumber yang kami ambil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Iklim
Berikut ini beberapa pengertian Iklim menurut lembaga dan pakar yang berkaitan :
1.      Keadaan rata-rata cuaca yang terjadi pada suatu wilayah yang luas dan dalam kurun waktu yang lama (25- 30 tahun).
2.      Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi secara sesaan tetapi dalam kurun waktu yang panjang ( Kementrian lingkungan hidup, 2001 ).
3.      Iklim adalah sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
4.      Iklim adalah konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
Al-Qur’an menyebutkan secara kontektual dalam  sebuah ayat :
5.      ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى ا لْبَرِّ وَ الْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِ ى النَّا سِ لِيُذِ يْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِ يْ عَمِلُوْالَعَلَّهُمْ يَرْ جِعُوْ نَ (41) [سو ر ة الر و م ]
Artinya : “Telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar)”.
Berdasarkan ayat di atas, telah jelas bahwa jauh sebelum kerusakan lingkungan yang terjadi seperti saat ini, Allah melalui firman – Nya dalam Al – Qur’an telah memfirmankan bahwa kerusakan lingkuangan akan terjadi akibat dari ulah tangan – tangan manusia. Maha Besar Allah dengan segala firman – Nya.
Menurut undang  - undang nomer 23 tahun 1997 Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahkuk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iklim memiliki arti keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun).
 Iklim sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di bumi baik bagi hewan, tumbuhan, dan manusia. Bagi dunia pertanian, iklim sangat menentukan keberhasilan usaha pertanian.
Pentingnya iklim bagi pertanian memang tidak dapat dipungkuri. Seperti yang disebutkan di atas, iklim berperan bagi keberhasilan pertanian itu sendiri. Namun, sayangnya, keadaan iklim saat ini sangat berbeda dengan keadaan pada masa dahulu. Saat ini, perubahan iklim sangat tidak bisa diprediksi.
Perubahan iklim sendiri memiliki makna berubahnya suatu keadaan cuaca pada daerah tertentu yang tidak seharusnya terjadi pada saat itu. Perubahan ini sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang akan dibahas pada materi bahasan berikutnya.


2.2.Macam-Macam Iklim Di Indonesia
Iklim di Indonesia hampir seluruhnya tropis. Seragam air hangat yang membentuk 81% dari daerah di Indonesia memastikan bahwa suhu di darat tetap cukup konstan, dengan dataran pantai rata-rata 28 °C, daerah pedalaman dan gunung rata-rata 26 °C, dan daerah pegunungan yang lebih tinggi, 23 °C. Suhu bervariasi sedikit dari musim ke musim, dan Indonesia relatif mengalami sedikit perubahan pada panjang siang hari dari satu musim ke musim berikutnya, perbedaan antara hari terpanjang dan terpendek hari tahun ini hanya empat puluh delapan menit. Hal ini memungkinkan tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun.
Variabel utama iklim di Indonesia tidak suhu atau tekanan udara, namun curah hujan. Daerah itu kelembaban relatif berkisar antara 70 dan 90%. Angin yang moderat dan umumnya dapat diprediksi, dengan musim hujan biasanya bertiup dari selatan dan timur pada bulan Juni hingga September dan dari barat laut pada bulan Desember sampai Maret. Topan dan badai skala besar menimbulkan bahaya sedikit untuk pelaut di perairan Indonesia; bahaya besar berasal dari arus deras di saluran.
Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September.
Sekitar April-September, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.
Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing.
Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit.
2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Di Indonesia
Fator-faktornya dapat diperinci sebagai berikut :
1.      Faktor alami
a.       Pada skala global (bumi secara keseluruhan) yaitu kepulauan Indonesia dikelilingi oleh dua samudra yaitu samudera hindia dan samudera pasifik dan berbatasan dengan dua benua yaitu benua austalia dan benua asia.
b.      Pada skala regional yaitu kepulauan Indonesia terdiri atas lima pulau besar dan ribuan pulau kecil , dikelilingi dan diantarai oleh laut – laut dan selat – selat.
c.       Pada Skala Lokal yaitu gunung-gunung yang menjulang tinggi besar pengaruhnya atas penyebaran curah hujan dan suhu. Iklim dapat dipengaruhi oleh pegunungan. Pegunungan menerima curah hujan lebih dari daerah dataran rendah karena suhu di atas gunung lebih rendah daripada suhu di permukaan laut.
2.      Faktor buatan
·        Pengaruh Manusia yaitu  mempengaruhi iklim sejak kita muncul di bumi ini jutaan tahun lalu. Pada waktu itu, yang mempengaruhi iklim kecil. Pohon-pohon ditebang untuk menyediakan kayu untuk api. Pohon mengambil karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Penurunan pohon karena itu akan telah meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer.
·        Revolusi Industri, mulai pada akhir abad 19, telah memiliki pengaruh yang besar pada iklim.. Penemuan motor mesin dan meningkatkan pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer Jumlah pohon yang ditebang juga meningkat, yang berarti bahwa karbon dioksida dihasilkan ekstra tidak dapat diubah menjadi oksigen.
2.4.Kondisi Perubahan Iklim Di Indonesia
Pada saat yang sama, Indonesia beresiko mengalami kerugian yang signifikan karena perubahan iklim. Karena keberadaannya sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Kekeringan yang semakin panjang, frekuensi peristiwa cuaca ekstrem yang semakin sering, dan curah hujan tinggi yang berujung pada bahaya banjir besar, semuanya merupakan contoh dari dampak perubahan iklim. Terendamnya sebagian daratan negara, seperti yang terjadi di Teluk Jakarta, telah mulai terjadi. Demikian pula, keberagaman spesies hayati yang sangat kaya dimiliki Indonesia juga berada dalam resiko yang sangat besar. Pada gilirannya, hal ini akan membawa efek yang merugikan bagi sektor pertanian, perikanan dan kehutanan, sehingga berujung kepada terciptanya ancaman atas ketersediaan pangan dan penghidupan.
Pemanasan global akan meningkatkan temperatur, memperpendek musim hujan, dan meningkatkan intensitas curah hujan. Kondisi ini dapat mengubah kondisi air dan kelembaban tanah yang akhirnya akan mempengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan pangan. Perubahan iklim dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah sebesar 2-8 %, sehingga menurunkan hasil panen beras. Suatu model simulasi perubahan iklim telah memproyeksikan penurunan yang signifikan dari hasil panen di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pemanasan global juga akan menaikkan level permukaan air laut, sehingga menggenangi daerah pesisir produktif yang sekarang digunakan sebagai lahan pertanian. Tak hanya itu, perubahan iklim juga akan meningkatkan dampak buruk dari wabah penyakit yang ditularkan melalui air atau vektor lain seperti nyamuk. Pada akhir dekade 1990an, El Nino dan La Nina diasosiasikan dengan wabah malaria dan DBD. Akibat dari meningkatnya temperatur, malaria kini juga mengancam daerah yang sebelumnya tak tersentuh karena suhu dingin, seperti dataran tinggi Irian Jaya (2013 m. di atas permukaan laut) pada tahun 1997 (Climate Hotmap). Riset juga telah mengkonfirmasi hubungan antara peningkatan temperatur dan mutasi virus DBD. Ini berarti kasus-kasus DBD yang ada menjadi lebih sulit ditangani dan menimbulkan lebih banyak korban jiwa.
Problem kesehatan lainnya juga dapat diperparah karena perubahan iklim. Contohnya, manusia dengan penurunan fungsi jantung sangat mungkin menjadi lebih rentan dalam cuaca yang panas karena mereka membutuhkan energi lebih untuk mendinginkan tubuh mereka. Suhu panas juga dapat mencetuskan masalah pernapasan. Konsentrasi zat ozone di level permukaan tanah akan meningkat karena pemanasan suhu. Ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan paru-paru manusia.
2.5.Dampak yang Disebabkan Perubahan Iklim
Suhu yang lebih hangat akan menyebabkan pergeseran spesies vegetasi dan ekosistem. Daerah pegunungan akan kehilangan banyak spesies vegetasi aslinya dan digantikan oleh spesies vegetasi dataran rendah. Bersamaan dengan itu kondisi sumberdaya air yang berasal dari pegunungan juga akan mengalami gangguan. Selanjutnya stabilitas tanah di daerah pegunungan juga terganggu dan sulit mempertahankan keberadaan vegetasi aslinya. Dampak ini tidak begitu nyata di daerah lintang rendah atau daerah berelevasi rendah. Jika kebakaran hutan makin sering dijumpai di Indonesia, agak sulit menghubungkan antara kejadian tersebut dengan perubahan iklim, sebab sebagian besar (kalau tidak seluruhnya) kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembukaan lahan.
Bahwa kejadiannya bersamaan dengan kejadian El-Nino karena fenomena ini memberikan kondisi cuaca yang kering yang mempermudah terjadinya kebakaran. Namun seperti diuraikan di atas El-Nino adalah fenomena alam yang terkait dengan peristiwa iklim ekstrem dalam variabilitas iklim, bukan perubahan iklim dalam arti seperti yang diuraikan di atas.
Meningkatnya jumlah penduduk memberikan tekanan pada penyediaan air, terutama pada daerah perkotaan. Saat ini sudah banyak penduduk perkotaan yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama mereka yang berpendapatan dan berpendidikan atau berketerampilan rendah. Dampak perubahan iklim yang menyebabkan perubahan suhu dan curah hujan akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air dari limpasan permukaan, air tanah dan bentuk reservoir lainnya. Pada tahun 2080 akan terdapat 2 hingga 3,5 milyar orang akan mengalami kekurangan air. Pada beberapa daerah aliran sungai (DAS) penting di Indonesia ketersediaan air permukaan diperkirakan akan meningkat karena meningkatnya suplus dan menurunnya defisit. Di DAS Citarum, Jawa Barat peningkatan tersebut mencapai 32%, di DAS Brantas Jawa Timur 34%, dan di DAS Saadang, Sulawesi Selatan 132% (Murdiyarso, 1994).
Sebagai konsekuensinya kejadian banjir akan meningkat karena menurunnya daya tampung sungai akibat peningkatan limpasan permukaan dan menurunnya daya tampung sungai dan waduk akibat peningkatan erosi dan sedimentasi.
Secara global catatan bencana banjir menunjukkan peningkatan yang signifikan selama 40 tahun terakhir dengan kerugian ekonomis ditaksir sekitar US$ 300 milyar pada dekade terakhir dibanding hanya US$ 50 milyar pada dekade tahun 1960-an. Kawasan pesisir merupakan daerah yang paling rentan dari akibat kenaikan muka-laut. Dalam 100 tahun terakhir, mukalaut telah naik antara 10-25 cm. Meskipun kenyataannya sangat sulit mengukur perubahan muka-laut, tetapi perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan peningkatan suhu yang selama ini terjadi. Dalam 100 tahun perubahan suhu telah meningkatkan pemuaian volume air laut dan meningkatkan ketinggiannya. Demikian juga penambahan volume air laut juga terjadi akibat melelehnya gletser dan es di kedua kutub bumi. Dari berbagai skenario, peningkatan tersebut berkisar antara 13 hingga 94 cm dalam 100 tahun mendatang. Dengan panjang pantainya yang lebih dari 80.000 km, di mana lebih dari 50 persen diantaranya merupakan pantai landai, Indonesia cukup rentan terhadap kenaikan muka-laut seperti negara-negara yang berpantai landai seperti Bangladesh.
Kenaikan muka laut hingga 1,5 m dapat berpengaruh terhadap 17 juta penduduk Bangladesh. Tetapi hanya dengan kenaikan 1 m dampak sosial-ekonomi terhadap pertanian pantai di beberapa kabupaten di Jawa Barat bagian utara sudah sangat besar (Parry et al., 1992).Transmisi beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim.
Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-faktor iklim, khususnya suhu dan kelembaban. Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector-borne diseases,VBDs) seperti malaria, demam berdarah (dengeue) dan kaki gajah (schistosomiosis) perlu diwaspadai karena transmisi penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan perubahan iklim.
Di banyak negara tropis penyakit ini merupakanpenyebab kematian utama. IPCC (1998) memperkirakan bahwa dengan makin lebarnya selang suhu di mana vektor dan parasit penyakit dapat hidup telah menyebabkan peningkatan jumlah kasus malaria di Asia hingga 27 persen, demam berdarah hingga 47 persen dan kaki gajah hingga 17 persen. Di Indonesia daerah-daerah baru yang menjadi semakin hangat juga memberi kesempatan penyebaran vektor dan parasitnya. Penjangkitan VBD bahkan terjadi lagi di daerah-daerah lama yang selama ini sudah dinyatakan bebas. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang telah menimbulkan daya tahan vektor. Disamping itu predator bagi vektor tersebut juga ikut terbasmi.
Jika tidak segera diatasi, maka kenaikan temperatur karena pemanasan global hingga tahun 2100 akan mengakibatkan mencairnya es di kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 – 100 cm (4 – 40 inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau. Diantara 17.500 pulau di Indonesia, sekitar 4000 pulau akan tenggelam.
Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah akan musnah.
Di Indonesia sendiri, tanda-tanda perubahan iklim akibat pemanasan global telah lama terlihat. Misalnya, sudah beberapa kali ini kita mengalami musim kemarau yang panjang. Tahun 1982-1983, 1987 dan 1991, kemarau panjang menyebabkan kebakaran hutan yang luas. Hampir 3,6 juta hektar hutan habis di Kalimatan Timur akibat kebakaran tahun 1983. Musim kemarau tahun 1991 juga menyebabkan 40.000 hektar sawah dipusokan dan produksi gabah nasional menurun drastis dari 46,451 juta ton menjadi 44,127 juta ton pada tahun 1990.
Pada tahun 2006, akibat pemanasan global terlihat dengan terlambatnnya musim penghujan yang seharusnya sudah turun pada Oktober 2006. Namun hingga Desember 2006 hujan belum juga turun. Keterlambatan itu juga disertai dengan pendeknya periode hujan, namun intensitasnya tinggi. Akibatnya banjir melanda Jakarta dan sekitarnya.
Pemanasan Global juga mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk (dari telur menjadi larva dan nyamuk dewasa) akan lebih singkat, sehingga jumlah populasi akan cepat naik. Mengganasnya penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kemudian seolah menyebabkan jenis penyakit baru.
2.5.1.Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2 ) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batubara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Selain gas CO2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2 ), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2 ) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4 ) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Energi yang masuk ke bumi mengalami : 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diadsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Proses Efek Rumah Kaca berawal dari sinar matahari yang menembus lapisan udara (atmosfer) dan memanasi permukaan bumi. Permukaan bumi yang menjadi panas menghangatkan udara yang tepat diatasnya. Karena menjadi ringan, udara panas tersebut naik dan posisinya digantikan oleh udara sejuk. Tanpa Efek Rumah Kaca maka bagian bumi yang tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin seperti di dalam freezer lemari es (-18°C).
Mekanisme yang sebenarnya menguntungkan kehidupan di bumi ini berbalik menjadi sebuah ancaman tatkala manusia memasuki era industrialisasi (abad ke-18). Untuk menunjang proses industri, manusia mulai melakukan pembakaran batu bara, minyak dan gas bumi untuk menghasilkan bahan baker dan listrik.
Proses pembakaran energi dari bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan berupa CO2. Otomatis kadar lapisan gas rumah kaca yang menahan dan memantulkan kembali udara panas ke bumi menjadi semakin banyak. Bumi pun semakin panas.
2.5.2.      Bidang Pertanian
Sektor pertanian akan terpengaruh melalui penurunan produktivitas pangan yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas serealia, penurunan areal yang dapat diirigasi dan penurunan efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan penyakit. Di beberapa tempat di negara maju (lintang tinggi) peningkatan konsentrasi CO2 akan meningkatkan produktivitas karena asimilasi meningkat, tetapi di daerah tropis yang sebagian besar negara berkembang, peningkatan asimilasi tersebut tidak signifikan dibanding respirasi yang juga meningkat. Secara keseluruhan jika adaptasi tidak dilakukan, dunia akan mengalami penurunan produksi pangan hingga 7 persen. Namun dengan adaptasi yang tingkatnya lanjut, artinya biayanya tinggi, produksi pangan dapat distabilkan. Dengan kata lain stabilisasi produksi pangan pada iklim yang berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan sarana irigasi, pemberian input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan. Di Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat ini produksi padi akan meningkat hingga 2,3 persen jika irigasi dapat dipertahankan. Tetapi jika sistem irigasi tidak mengalami perbaikan produksi padi akan mengalami penurunan hingga 4,4 persen (Matthews et al., 1995).Perubahan iklim yang terjadi ini, diakibatkan oleh terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan suhu udara di bumi menjadi makin panas. Hujan asam juga merupakan salah satu jenis penyebab perubahan iklim bumi.
Sektor pertanian sangat sensitif terhadap variasi iklim. Kekeringan yang dialami 36 negara pada tahun 2008 mengguncang ketahanan pangan dunia. Prediksi musim panas tahun 2040-2060 "warmer than warmest on record" dari Science AAAS, 2009, menampilkan wilayah mana di dunia yang kemungkinan akan lebih panas di banding tingkat panas yang mungkin terjadi. Sementara itu, kenaikan suhu di Indonesia sendiri diprediksi mencapai 70-90%.
Di Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk daerah yang rentan terjadi perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut berupa berubah-ubah nya pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, dan suhu udara. Hal tersebut menyebabkan dampak yang amat serius  yang dapat menyebabkan kejadian ekstrim yang berupa kekeringan dan banjir.
Akibat perubahan iklim ini, pada tahun 2050 Asia meliputi Asia Tenggara (Indonesia masuk di dalamnya) dapat diperkirakan akan mengalami kekurangan pangan sebesar 125 juta metrix ton. Tantangan ini menjadi semakin besar bagi Indonesia, dengan adanya fakta bahwa lima tahun terakhir telah terjadi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 115 menjadi 98. Bahkan data dari International Fund Of Agriculture Development (IFAD) menunjukkan 75% dari 1,2 Milyar orang miskin berada di perdesaan/pertanian.
Di Indonesia, perubahan iklim ini akan menyebabkan :
a.       Seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis;
b.      Wilayah selatan Indonesia mengalami  penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan.
2.5.3.      Bidang Administrasi Pembangunan
Pembangunan meruoakan bidang yang cukup vital bagi sebuah bangsa dan Negara karena merupakan sebuah usaha dalam mencapai kesejahteraan rakyat apalagi pembangunan yang dilakukan di Negara berkembang, Administrasi Pembangunan sangat diperlukan dalam rangka mencapai Negara yang maju.
Indonesia merupakan salahsatu negara berkembang yang cukup berpengaruh di Asia bahkan Dunia, karena Indonesia merupakan  Negara yang besar dan potensi sumber daya alam yang kaya, akan tetapi karena Indonesia masih Negara berkembang maka Indonesia beberapa bidang tidak mampu dalam mengelola sumber daya tersebut, sehingga Indonesia mengundang Investor dari luar untuk mengelola sumber daya tersebut dengan sistem bagi hasil, akan tetapi sumberdaya alam tersebut dikuras habis dengan keuntungan besar dari pihak luar dan Indonesia hanya mendapat pemasukan dari pajak perusahaan yang kecil dan pengurangan pengangguran yang tidak signifikan pengaruhnya.
Dampak yang dirasakan oleh Indonesia barulah sekarang, yaitu perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global yang berdampak hampir dalam segala bidang pembangunan. Maka dari itu, pemerintah harus mempunyai rencana yang jitu dalam mengatasi perubahan ini.
2.6.      Antisipasi Perubahan Iklim
2.6.1.      Mengurangi Efek Rumah Kaca
Satu sisi, Efek Rumah kaca dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam. Namun, Efek Rumah Kaca yang berlebihan akibat aktifitas manusia akan berubah menjadi ancaman untuk kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, ketika manusia menyadari bahwa aktifitasnya telah mengakibatkan Efek Rumah Kaca yang berlebih, maka diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk menguranginya sehingga mencapai keseimbangannya kembali.
Dunia masih mempunyai kesempatan realistis hingga 2010 guna menghindari sebagian dari bencana meluas akibat pemanasan global (global warming). Demikian disampaikan dua peneliti lingkungan dari Universitas Princeton dan Universitas Brown, Michael Oppenheimer dan Brian O’Neill, di AS dalam suatu kajian yang dimuat Journal Science.
Sebuah laporan yang dikeluarkan di Cina pada tahun yang sama menyatakan ramalan, suhu global Bumi bisa meningkat sampai 5,8 derajat Celcius sedikitnya pada akhir abad ini. Pernyataan ini diperkuat pula oleh laporan lain dari NASA Goddard Institute for Space Studies yang mengatakan, ambang CO2 meningkat dari angka satuan 280 ppmv (/parts per million by volume/) pada tahun 1850 menjadi 360 ppmv pada tahun 2001. Padahal, dalam kajian yang lain dikatakan, ambang CO2 di atmosfer harus dicegah untuk tidak melebihi ambang 450 ppmv.
Para ilmuwan mempelajari cara-cara untuk membatasi pemanasan global. Kunci utamanya adalah:
1.      Membatasi emisi CO2 taitu tehnik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni mengganti energi minyak dengan sumber energi lainnya yang tidak mengemisikan karbon dan yang kedua penggunaan energi minyak sehemat mungkin.
2.      Menyembunyikan karbon yang juga membantu mencegah karbon dioksida memasuki atmosfer atau mengambil CO2 yang ada.
Menyembunyikan karbon dapt dilakukan dengan dua cara:
1.      Di bawah tanah atau penyimpanan air tanah yaitu bawah tanah atau air bawah tanah bisa digunakan untuk menyuntikkan emisi CO2 ke dalam lapisan bumi atau ke dalam lautan. Lapisan bumi yang dapat digunakan adalah penyimpanan alami minyak dan gas bumi di tambang-tambang minyak. Dengan memompakan CO2 kedalam tempat-tempat penyimpanan minyak di perut bumi akan membantu mempermudah pengambilan minyak atau gas yang masih tersisa. Hal ini bisa menutupi biaya penyembunyian karbon. Lapisan garam dan batubara yang dalam juga bias menyembunyikan karbon dioksida.
2.      Penyimpanan di dalam tumbuhan hidup yaitu tumbuhan hijau menyerap CO2 dari udara untuk tumbuh. Kombinasi karbon dari CO2 dengan hidrogen diperlukan untuk membentuk gula sederhana yang disimpan di dalam jaringan. Mengingat pentingnya tumbuhan dalam menyerap CO2 , maka perlunya memelihara pepohonan dan menanam pohon baru lebih banyak lagi.
2.6.2.      Protokol Kyoto
Pemanasan global sudah menjadi isu internasional. Bahkan, keresahan dunia ini terwujud dalam konferensi Kyoto pada Desember 1997. Persetujuan konferensi itu berlaku mulai 16 Februari 2005. Protokol Kyoto adalah sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), yakni sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global.
Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya. Jika sukses diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata pemanasan global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050.
Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protokol tersebut, termasuk Kanada, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Rusia, 25 negara anggota Uni Eropa, serta Rumania dan Bulgaria. Untuk mencapai protokol Kyoto ini, semua negara terus menciptakan teknologi yang ramah lingkungan, terutama negara maju. Karena, negara maju yang banyak mengeluarkan CO2 penyebab rumah kaca.
Dengan mengedepankan Protokol Kyoto, industri-industri stategis seperti industri migas, industri transportasi, industri minyak dan gas didorong untuk menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan. Artinya, sedapat mungkin meninggalkan penggunaan migas yang merupakan sumber utama emisi gas karbon.
Lima besar negara penyumbang emisi Gas Rumah Kaca terbesar adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, India, Jepang (sumber : Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
Sejumlah negara industri maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia hingga kini belum menandatangi protokol ini. Mereka beranggapan, kesepakatan ini akan mengancam masa depan industi mereka. Padahal, AS tercatat sebagai salah satu negara penyumbang emis gas karbon terbesar di dunia.
Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.
2.6.3.      Bidang Pertanian
Perubahan iklim dalam bidang pertanian menyebabkan banyak kerugian khusus nya kepada petani. Petani kesulitan untuk menanam tanaman yang cocok dengan keadaan iklim atau cuaca, karena iklim yang saat ini terjadi sangat tidak menentu dan sering berubah-ubah. Ituah yang jadi pembahasan saat ini, bagaimana antisipasi atau solusi alternatife dalam mengatasi perubahan iklim pada bidang pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang.
Upaya sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sektor pertanian.
Salah satu contoh strategi adaptasi yang coba  dikembangkan yakni penggunaan tanaman transgenik yang dapat tumbuh di lahan kering karena tidak perlu pembajakan sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar. Tanaman transgenic adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atu makhluk hidup lainnya.
Penggabungan ini bertujuan untuk mendapat tanaman dengan sifat yang diinginkan. Sifat – sifat yang biasa direkayasa adalah sifat tahan akan serangan hama, tahan terhadap suhu ekstrim, lebih cepat berbuah, menghasilkan buah yang bagus dan juga berkualitas.
Selain strategi adaptasi tersebut, perlunya pemahaman yang baik terhadap fenomena dan dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian dan strategi antisipasi yang harus dilakukan dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, terutama kekeringan dan banjir perlu adanya :
·        Standard Operating Procedure (SOP) tentang informasi perubahan iklim serta mekanisme penyampaiannya kepada para pelaku pertanian (terutama petani).
·        Sekolah Lapang Pertanian (SLP) yang terintegrasi untuk berbagai aspek seperti pengelolaan informasi iklim atau air, pengendalian hama terpadu, agribisnis, dan lain-lain.
Di bidang pertanian, prosedur yang umum adalah lebih ditekankan adanya upaya mengatur iklim dari pada mengubahnya. Modifikasi temperature juga dapat dilakukan. Hanya saja, biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Sehingga pilihan penanggulangan melalui modifikasi temperature pun tidak begitu diminati.
2.6.4.      Solusi Alternatif
·        Jadilah Vegetarian
Memproduksi daging sarat CO2 dan metana dan membutuhkan banyak air. Hewan ternak seperti sapi atau kambing merupakan penghasil terbesar metana saat mereka mencerna makanan mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18% pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di dunia (13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006 dipaparkan bahwa peternakan menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan 37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain itu, United Nations Environment Programme (UNEP), dalam buku panduan “Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan per orangnya hanya menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.
·        Tanam Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton CO2. United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran 1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha pohon per tahunnya.
·        Bepergian yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam satu mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
·        Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang menyumbang CO2.
·        Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.
·        Gunakan Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar biasa.
·        Gunakan Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
·        Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.
·        Daur Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!
·        Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2 per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.


BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.

3.2.Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop Global Warming.


DAFTAR PUSTAKA
Wardiyatmoko. 2006. Geografi. Erlangga. Jakarta
Tjasyono, Bayong HK. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Anonim. 2012. Pengertian Iklim. http://google.co.id/. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.
Diantoro, Fefia. Iklim Di Indonesia. http://blog.ub.ac.id/. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2012.
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke - 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Sastrawijaya, A. Tresna, M.Sc. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soeriaatmadja, R.E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB.
Sunarso, Indri, Puryadi, Aris Fitriyana, Robani, Jupri. 2005. Pengetahuan Geografi untuk SMP / MTs Kelas VII. Semarang: CV. ANEKA ILMU.
Yulipriyanto, Hieronymus. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) “ Gas Rumah Kaca
Pikiran Rakyat edisi 19 September 2006 – Nyamuk Ganas akibat Pemanasan Global
Wikipedia Indonesia (Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia) – Pemanasan Global

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga yang Komentar masuk Surga