MAKALAH ASAS-ASAS ORGANISASI DAN MANAJEMEN
SISTEM PEMBERIAN IMBALAN
disusun oleh :
Berry Sastrawan
|
(D. 11 10 150)
|
PROGRAM STUDI
ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU
SOSIAL, ILMU POLITIK DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
DJUANDA
BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu untuk menyelesaikannya yaitu makalah Asas-asas Organisasi dan Manajemen yang berjudul “Sistem Pemberian Imbalan”
Dengan
rendah hati penulis membuat makalah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Dimana dalam pembentukan dan
penyusunan makalah ini penulis melakukannya penuh dengan kerja keras, dari
mencari bahan materi, penyusunan, sampai peninjauan pustaka dari berbagai macam
buku dan sumber-sumber yang lain, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, penulis mengharapkan hal tersebut dijadikan Motivasi dan Evaluasi dalam membuat tulisan karya Ilmiah yang lebih baik lagi di hari yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bogor,
15 Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
|
...............................
|
i
|
DAFTAR ISI
|
...............................
|
ii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
...............................
|
1
|
1.1.Latar Belakang Masalah
|
...............................
|
1
|
1.2.Rumusan Masalah
|
...............................
|
2
|
1.3.Tujuan
|
...............................
|
2
|
1.4.Manfaat
|
...............................
|
2
|
BAB II PEMBAHASAN
|
...............................
|
3
|
2.1.Definisi Sistem Pemberian Imbalan
|
...............................
|
3
|
2.1.1. Definisi
Sistem
|
...............................
|
3
|
2.1.2.
Definisi Pemberian
|
...............................
|
5
|
2.1.3.
Definisi Imbalan
|
...............................
|
5
|
2.1.4.
Definisi Sistem Pemberian Imbalan
|
...............................
|
7
|
2.2.Macam-macam Sistem Pemberian
Imbalan
|
...............................
|
7
|
2.2.1. Imbalan Instrinsik
|
...............................
|
8
|
2.2.2.
Imbalan Ekstrinsik
|
...............................
|
8
|
2.3.Tujuan
Pemberian Imbalan Jasa
|
...............................
|
9
|
2.4.Imbalan
Jasa sebagai Alat Manajemen Kinerja
|
...............................
|
10
|
2.5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijaksanaan Imbalan
|
...............................
|
12
|
2.5.1.
Faktor Internal
|
...............................
|
12
|
2.5.2.
Faktor Eksternal
|
...............................
|
13
|
2.6.Falsafah
Pemberian Imbalan
|
...............................
|
13
|
2.7.Proses Penetapan Sistem Imbalan
|
...............................
|
13
|
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
|
...............................
|
16
|
3.1.Kesimpulan
|
...............................
|
16
|
3.2. Saran
|
...............................
|
16
|
DAFTAR PUSTAKA
|
...............................
|
17
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang Masalah
Organisasi terdiri dari berbagai elemen yang salah
satunya adalah sumber daya manusia. Sedangkan sumberdaya lainnya adalah bahan,
mesin/peralatan, metoda/cara kerja dan modal. Berkenaan dengan sumberdaya
organisasi perlu diingat bahwa semua itu tidaklah tersedia secara berlimpah.
Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus dilakukan secara
cermat. Proses manajemen yang balk harus bisa memanfaatkan keterbatasan
tersebut demi tercapainya tujuan organisasi.
Sebagaimana elemen organisasi yang lain sumberdaya
manusia harus dikelola dengan baik. Bahkan bisa dikatakan babwa pengelolaan
organisasi pada dasarnya adalah proses pengelolaan manusia. Semua organisasi
apapun jenis, ukuran, fungsi ataupun tujuannya harus beroperasi dengan dan
melalui manusia. Dibandingkan dengan elemen-elemen yang lain memang dapat
dikatakan bahwa manusia adalah merupakan elemen yang paling dinamis dan
kompleks.
Peranan tenaga
kerja dalam suatu perusahaan sangatlah penting. Tenaga kerja merupakan
penggerak utama dalam suatu proses produksi sarta menentukan lancarnya
produktivitas perusahaan. Potensi tenaga kerja yang demikian itu perlu
dimanfaatkan, sehingga dapat diharapkan adanya peningkatan suatu perusahaan dan
bagi tenaga kerja atau karyawan dengan keadaan ekonomi yang rendah, faktor upah
merupakan faktor yang terpenting guna mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dengan adanya upah yang diterima dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan keluarganya. Pemenuhan tersebut dapat diketahui dengan adanya
tingkat upah yang diterima. "Upah atau gaji karyawan adalah suatu bentuk
pemberian kompensasi yang bersifat finansiel dan merupakan yang utama dari bentuk-bentuk
kompensasi yang ada bagi karyawan" (Martoyo, 1990:102).
Masalah upah bukan
hanya periling karena merupakan dorongan utama seseorang menjadi karyawan, tetapi
besar pula pengaruhnya terhadap semangat dan kegairahan kerja karyawan. Agar
upah yang diberikan mempunyai efek positif, maka minimal jumlah yang diberikan haruslah
memenuhi kebutuhan secara minimal, serta sesuai dengan peraturan yang sedang
berlaku. Selain harus dapat memenuhi kebutuhan minimal, maka upah yang
diberikan hendaknya dapat mengikat karyawan, sebab dengan demikian peraturan keluar
masuknya karyawan dapat ditekan sekecil mungkin. Upah yang diberikan harus
mampu pula meningkatkan semangat dan kegairahan kerja, sehingga efektivitas dan
efisiensi dari karyawan dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi Sistem Pemberian Imbalan ?
2.
Apa macam-macam Sistem Pemberian Imbalan ?
3.
Bagaimana sejarah asal-usul sejarah adanya pemberian
imbalan ?
4.
Faktor apa yang mempengaruhi Sistem Pemberian Imbalan ?
5.
Bagaimana Proses Penetapan Sistem Imbalan ?
1.3.Tujuan
1.
Mengetahui definisi Sistem Pemberian Imbalan.
2.
Mengetahui macam-macam Sistem Pemberian Imbalan
3.
Mengetahui bagaimana sejarah asal-usul sejarah adanya
pemberian imbalan.
4.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi Sistem
Pemberian Imbalan.
5.
Mengetahui sejauhmana Proses Penetapan Sistem Imbalan.
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui Sistem
Pemberian Imbalan.
2. Dapat mengetahui macam-macam Sistem
Pemberian Imbalan.
3. Dapat mengetahui bagaimana
sejarah asal-usul sejarah adanya pemberian imbalan.
4. Dapat mengetahui faktor yang
mempengaruhi Sistem Pemberian Imbalan.
5. Dapat mengetahui sejauhmana Proses Penetapan Sistem Imbalan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sistem Pemberian Imbalan
2.1.1.
Definisi Sistem
Sistem adalah suatu himpunan suatu
“benda” nyata atau abstrak (a set of
thing) yang terdiri dari bagian-bagian
atau komponen-komponen yang saling berkaitan, berhubungan, berketergantungan,
saling mendukung, yang secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (Unity) untuk mencapai tujuan tertentu
secara efisien dan efektif.
Pengertian Sistem Menurut Indrajit
(2001: 2) mengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari
komponen- komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Pengertian Sistem Menurut Jogianto
(2005: 2) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan
suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata,
seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi.
Pengertian Sistem Menurut Murdick, R.G,
(1991 : 27) Suatu sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau
procedure-prosedure/bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan bagian
atau tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu
rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan/atau energi dan/atau barang.
Pengertian Sistem Menurut Jerry Futz Gerald, (1981 : 5)
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran yang tertentu.
Pengertian Sistem Menurut Davis, G.B,
(1991 : 45 ) Sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang
beroperasi bersama- sama untuk menyelesaikan suatu sasaran.
Definisi Sistem Menurut Dr. Ir. Harijono
Djojodihardjo (1984: 78) “Suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup
hubungan fungsional antara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek,
dan yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional.
Definisi Sistem Menurut Lani Sidharta
(1995: 9), “Sistem adalah himpunan dari bagian- bagian yang saling berhubungan
yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama” Dengan demikian sistem
merupakan kumpulan dari beberapa bagaian yang memiliki keterkaitan dan saling
bekerja sama serta membentuk suatu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan dari
sistem tersebut. maksud dari suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan
dan sasaran dalam ruang lingkup yang sempit.
Karekteristik Sistem Jogianto (2005: 3)
mengemukakan sistem mempunyai karekteristik atau sifat-sifat tertentu, yakni :
1.
Komponen Suatu sistem
terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling
bekerja sama membentuk satu kesatuan. komponen-komponen sistem atau elemen-
elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem.
setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2.
Batasan sistem. Batasan
sistem (boundary) merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan
sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. batasan suatu sistem
menunjukan ruang lingkup dari sistem tersebut.
Lingkungan
Luar Sistem. Lingkungan luar (evinronment) dari suatu sistem adalah apapun
diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi. Lingkungan luar sistem dapat
bersifat menguntungkan dana dapat juga bersifat menguntungkan sistem tersebut.
Lingkungan luar yang menguntungkan berupa energi dari sistem dan dengan
demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. sedang lingkunagn luar yang
merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan menggangu
kalangsungan hidup dari sistem. 4). Penghubung Sistem Penghubung (interfance)
merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainya.
2.1.2.
Definisi Pemberian
Pemberian dalam definisi kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
kerja asalnya ‘beri’ yaitu berpindah tangan atau kepemilikan dari
sesuatu/seseorang kepada obyek yang lain. Jika ditambahkan imbuhan awal pem-
dan imbuhan akhir –an maka menjadi kata benda yakni pemberian yang berarti sesuatu yg
diberikan, contohnya anak
itu menolak pemberian
orang asing itu. Arti lain dari
pemberian yaitu sesuatu yg didapat dari orang lain (karena diberi), misalnya barang ini
bukannya kami beli, melainkan pemberian Paman. Ada juga yang mengartikan pemberian yaitu proses,
cara, perbuatan memberi atau memberikan, misalnya pemberian ampun. Jadi bisa disimpulkan pemberian merupakan proses suatu
yang diberikan dari berpindahnya sesuatu kepada orang lain.
2.1.3.
Definisi
Imbalan
Imbalan
adalah sesuatu yang meningkatkan frekuensi kegiatan seorang pegawai.
Sesuatu dinamakan imbalan atau bukan, tergantung pada keseluruhan pengaruh terhadap perilaku pegawai. Jika kinerja
seorang pegawai diikuti oleh sesuatu dan kinerja lebih sering
terjadi di saat kemudian setelah sesuatu, maka sesuatu tersebut
disebut imbalan. Imbalan dalam pekerjaan memungkinkan sebuah kinerja akan diulang pada waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
seorang supervisor operator komputer menginginkan terjadi penurunan jumlah format yang
tidak terpakai akibat kesalahan pencetakan dalam departemennya,
dengan cara memberikan reaksi kepada masing-masing
operator. Hasilnya tindakan supervisor tersebut diikuti penurunan jumlah kesalahan
pencetakan setiap hari dari 50 hingga 23.
Imbalan
Jasa (compensation) memiliki cakupan yang lebih luas dari upah atau
gaji. Imbalan jasa adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk pekerja dan diterima serta dinikmati oleh pekerja baik secara langsung atau
tidak langsung (Ruky, 2001).
Imbalan
jasa langsung (Direct Compensation) merupakan imbalan yang diterima
secara rutin atau per periode oleh pekerja, imbalan ini mencakup gaji pokok/upah, tunjangan tunai sebagai penambah
gaji yang diterima setiap bulan, tunjangan hari raya keagamaan, gaji ke 13 dan
14 bonus yang dikaitkan atau tidak dengan kinerja perusahaan dan penghargaan
prestasi. Imbalan jasa tidak langsung (Indirect Compensation) merupakan
imbalan yang diterima pekerja tidak secara rutin, imbalan ini mencakup
fasilitas transportasi, biaya pemeliharaan kesehatan, upah selama cuti atau
meninggalkan pekerjaan, bantuan untuk kecelakaan kerja, bantuan pendidikan
gratis, asuransi jamsostek dan iuran pensiun (Ruky, 2001).
Moekijat
(1992) menyatakan bahwa imbalan jasa merupakan balas jasa kepada pegawai karena
yang bersangkutan telah memberi bantuan atau sumbangan untuk mencapai tujuan
organisasi. Imbalan jasa diberikan karena partisipasi pekerja kepada organisasi
yang mencakup gaji, upah, perumahan dinas, fasilitas kendaraan, pakaian kerja,
tunjangan makan, tunjangan rumah dinas, dan tunjangan lainnya.
Harder
(1992) mengemukakan bahwa imbalan jasa merupakan jenis penghargaan yang paling
penting dalam perusahaan, oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus
betul-betul mempertimbangkan masalah imbalan karyawannya.
Apabila
karyawan menerima imbalan rendah maka tidak ada kemauan untuk bekerja keras,
hal ini disebabkan karena imbalan terutama gaji termasuk dalam alat untuk
memenuhi kebutuhan dasar, sejalan dengan teori Frederick Herzberg tentang
faktor dissatisfier atau ketidakpuasan imbalan jasa akan membuat pekerja
merasa kecewa dan akan banyak menimbulkan masalah (Ruky, 2001).
Menurut
Handoko (2000 dalam Nugroho, 2004) imbalan jasa merupakan segala sesuatu yang
diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
Konvensi
International Labour Organization (ILO) No. 100 menyatakan bahwa imbalan
jasa merupakan upah/gaji, gaji pokok atau gaji minimum dan upah pekerja
tersebut, atau ada kerja sama dengan Badan Kekuasaan Perundingan Serikat
Pekerja dengan perusahaan tersebut dan ada nilai relatif jabatan (Moekijat, 1992).
Kompensasi
yang menurut Moorhead & Griffin adalah: menarik, memertahankan dan
memotivasi pegawai yang berkualitas (McKenna, 2006: 608). Selain itu, tujuan
kompensasi adalah menciptakan sistem imbalan yang sesuai bagi pegawai dan
majikan.
Hasil
yang diinginkan adalah seorang pegawai yang terikat pada pekerjaannya dan
termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang baik bagi pegawai (Ivancevich, 2007:
295).
Dengan
kata lain, sasaran utama program imbalan adalah menarik orang-orang berkualitas
untuk memasuki organisasi, menjaga pegawai agar tetap bekerja, dan mendorong
pegawai untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi.
2.1.4.
Definisi Sistem
Pemberian Imbalan
Sistem pemberian imbalan sering disamakan juga dengan kompensasi yang
berarti suatu proses komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain di
organisasi dalam cara memberikan suatu timbal balik kepada seseorang karena
sudah melakukan tugasnya dalam organisasi tersebut.
Didalam perusahaan Sistem pemberian imbalan (kompensasi) merupakan hal yang
penting. Beberapa alasan mendasari pendapat ini karena seringkali imbalan diartikan
sebagai biaya dengan proporsi terbesar yang harus dikeluarkan oleh perusahaan,
bisa merupakan daya tarik untuk mendapatkan karyawan yang baik (bermutu), bisa
juga menjadi perangsang bagi karyawan untuk meningkatkan prestasi kerjanya dan
bisa menghindari munculnya ketidakpuasan kerja, atau dengan kata lain bisa
meningkatkan motivasi kerja serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
2.2. Macam-macam Sistem Pemberian Imbalan
Jika mendengar kata Imbalan Kerja, yang terlintas sebagian besar orang-orang bisa jadi sebuah gaji
bulanan. Pernyataan tersebut memang tidak
keliru, karena memang salah satu dari Imbalan Kerja adalah berupa Gaji Bulanan
yang diterima pada setiap
bulannya. Sebenarnya Imbalan Kerja itu tidak hanya Gaji Bulanan yang diterima setiap bulannya,
sebagai contoh Imbalan Kerja
lainnya yaitu tunjangan
Jamsostek, cuti
tahuanan, cuti sakit, dan
cuti lainnya, Tunjangan-tunjangan, Manfaat Pensiun,
Asuransi Kesehatan, Asuransi Jiwa, Asuransi Kecelakaan Kerja, Pesangon dan lain
sebagianya.
Imbalan Kerja akan dibagi berdasarkan
pengelompokan yang berlaku pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24
Revisi 2004 tentang Imbalan Kerja (PSAK24). Menurut PSAK24 Imbalan kerja dapat
dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
1)
Imbalan Kerja Jangka
Pendek;
2)
Imbalan Pasca Kerja;
3)
Imbalan Kerja Jangka
Panjang;
4)
Pesangon Pemutusan
Kontrak Kerja;
5)
Imbalan Kerja Berbasis
Saham (Ekuitas).
2.2.1.
Imbalan
Instrinsik
Imbalan intrinsik (Simamora, 1999)
adalah imbalan yang dinilai di dalam dan dari diri pegawai, yang melekat pada
aktivitas itu sendiri. Pemberian imbalan ini tidak tergantung pada kehadiran
atau tindakan orang lain. Tipe imbalan intrinsik adalah seperti perasaan yang
berbeda yang dialami oleh pegawai sebagai akibat kinerja mereka pada pekerjaan.
Contoh imbalan intrinsik ini adalah perasaan individu akan kemampuan pribadi
(personal competence) sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan dengan baik,
perasaan pencapaian pribadi, tanggungjawab dan otonomi pribadi dan perasaan
pertumbuhan dan pengembangan pribadi. Imbalan intrinsik memiliki potensi untuk
memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku individu dalam organisasi. Alat
utama yang dapat digunakan agar individu dapat mendapatkan imbalan intrinsik
dari pekerjaan mereka terletak dalam cara-cara organisasi merancang pekerjaan
pegawai-pegawainya.
2.2.2.
Imbalan Ekstrinsik
Imbalan ekstrinsik tidak mengikuti
secara alamiah atau secara inheren kinerja sebuah aktivitas, namun diberikan
kepada pegawai oleh pihak-pihak dari luar. Imbalan-imbalan ini sering digunakan
oleh organisasi dalam usaha untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja pegawai.
Termasuk dalam imbalan ekstrinsik adalah pengakuan dan pujian dari atasan,
promosi, tunjangan-tunjangan finansial serta imbalan sosial seperti kesempatan
untuk berteman dan menjumpai banyak orang baru. Mengingat bahwa imbalan
ekstrinsik dihasilkan oleh sumber-sumber dari luar, maka agar pegawai mendapat
pujian, promosi dan imbalan sosial tergantung pada persepsi dan pertimbangan
individu oleh atasannya. Perolehan imbalan finansial tergantung pada
kebijakan-kebijakan gaji dan keuangan dari organisasi. Pemberian imbalan
finansial tidak selalu efektif dalam pengelolaan kinerja pegawai (Daniels dan
Rosen, 1982). Dari hasil survei oleh Lee Hecht Harrison dalam program
penempatan pegawai dan pengelolaan karir pada perusahaan di New York,
menunjukkan bahwa peningkatan upah dan pembayaran insentif (financial rewards) tidak membantu
menurunkan angka pegawai yang keluar dari pekerjaan. Tingginya angka pegawai
yang keluar dapat diatasi jika para pemimpin perusahaan menggabungkan cara-cara
peningkatan kegiatan pengembangan karier dengan komunikasi yang bersahabat dan
fleksibilitas hubungan staf (non-financial
rewards). Dalam lingkungan kerja terdapat motivator-motivator utama bagi
para pegawai. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada para pegawai untuk
mengidentifikasikan sesuatu yang dirasakan sebagai pendorong motivasi yang
paling utama adalah pekerjaan yang menarik dan memberikan tantangan, pengakuan
terhadap hasil pekerjaan yang baik, perasaan ikut memiliki dalam pekerjaan,
keamanan dan keselamatan kerja dan upah yang menarik. Motivator lainnya
termasuk menghormati perseorangan, kondisi kerja yang baik, komunikasi yang
terbuka dengan pimpinan, peluang bagi pengembangan dan kepemimpinan yang
kompeten.
2.3.Tujuan
Pemberian Imbalan Jasa
Ivancevich (1997 dalam Suroso, 2003)
menyatakan bahwa pemberian imbalan harus memenuhi kriteria: memberikan rasa nyaman
(secure) sehingga memenuhi kebutuhan dasar karyawan, seimbang (balanced)
dalam arti pemberian imbalan merupakan bagian dari penghargaan total
termasuk di dalamnya tunjangan dan promosi, Cost effective; memberikan
biaya manfaat bagi organisasi, Acceptable to employee; di sini termasuk
tiga hal yang memerlukan pertimbangan apakah pemberian harus dilakukan secara
tertutup ataukah diperlukan komunikasi agar tercapai titik temu yang disepakati
dan dapat diterima oleh semua pihak, ataukah perlu mengikutsertakan karyawan
dalam menentukan keputusan terkait dengan sistem imbalan.
Prinsip pemberian imbalan dapat pula
dilakukan atas pertimbangan dan perspektif berikut: mudah dikelola; termasuk
dalam hal ini mudah ditanggung oleh organisasi, kompetitif; dalam arti mampu
bersaing dengan pesaing eksternal atau secara internal
mampu menimbulkan suasana persaingan yang positif, memotivasi: mampu
menimbulkan dorongan untuk bekerja dengan baik, adil memberikan perasaan adil
diantara karyawan (Suroso, 2003).
Menurut Handoko (1994 dalam Suroso,
2003) pemberian imbalan jasa bertujuan sebagai berikut:
a. Memperoleh
pegawai yang berkualitas
Biasanya
suatu organisasi yang bersaing di pasar tenaga kerja, tingkat imbalannya harus
sesuai dengan kondisi supply and demand tenaga kerja. Suatu tingkat gaji
yang relatif tinggi diperlukan untuk menarik pelamar yang berkualitas.
b. Mempertahankan
karyawan yang Mik
Bila
tingkat imbalan tidak kompetitif, akan banyak karyawan baik yang akan keluar
mencari tempat kerja yang lebih memuaskan. Turn over karyawan akan
tinggi dan secara ekonomis maupun psikologis akan merugikan karyawan.
c. Menjamin
Keadilan
Keadilan
atau konsistensi internal maupun eksternal sangat penting
diperhatikan dalam menentukan tingkat imbalan.
d. Menghargai
perilaku yang diinginkan
Pemberian
imbalan yang efektif hendaknya mendorong perilaku yang diinginkan, seperti
prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, dan tanggung jawab.
e. Mengendalikan
biaya
Suatu
program imbalan yang rasional akan membantu organisasi untuk mendapatkan atau
mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya yang layak.
f. Memenuhi
peraturan legal
Pemberian
imbalan mempunyai batasan dan peraturan yang legal. Program imbalan yang baik
selalu memperhatikan hal tersebut dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang
mengatur imbalan untuk karyawan.
2.4.Imbalan
Jasa sebagai Alat Manajemen Kinerja
Pemberian
imbalan berdasarkan kinerja didasarkan atas teori kesetaraan (Equity
theory), teori harapan (Expectancy theory), teori hukum akibat (The
law of effect) dan teori pemenuhan kebutuhan psikologis (Psychological
fulfillment). Teori kesetaraan menyatakan bahwa setiap karyawan harus
diperlakukan secara adil dan setara. Teori harapan menyatakan bahwa seseorang
percaya bahwa apabila dia mampu mencapai tingkat kinerja tertentu maka dia akan
memperoleh imbalan. Sedangkan hukum akibat menjelaskan bahwa perilaku akan
memperoleh imbalan jika diulang atau dikerjakan lagi (Swansburg, 1999).
Pemberian
imbalan berdasarkan kinerja dapat memberikan dampak positif terhadap perilaku
karyawan, menimbulkan kepuasan kerja bagi karyawan, memberikan dampak positif
terhadap kemampuan organisasi, mampu menghasilkan pencapaian tujuan yang telah
dirancang dan mempertahankan lebih banyak karyawan yang mampu bekerja dengan
prestasi tinggi (Swansburg, 1999).
Di
dalam paradigma sistem penggajian imbalan secara otomatis akan selalu diikuti
dengan kenaikan kinerja. Kenyataannya tidaklah demikian, sesuai dengan
statistik kadang-kadang memang terjadi imbalan yang dinaikkan akan meningkatkan
kinerja, tetapi kadang-kadang itu tidak terjadi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ruky (2001) yang menyebutkan bahwa imbalan bukan satu-satunya faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja. Faktor lain yang mempengaruhi
kinerja adalah karakteristik lingkungan kerja yang kondusif (kecocokan dalam
bekerja, bantuan teman jika ada kesulitan, bimbingan dan petunjuk dari atasan,
sikap dan perlakuan atasan) dan karakteristik lingkungan organisasi perawat
dalam bekerja seperti ikut dalam memecahkan masalah dan kebijakan pimpinan
(Muhammad, 2003).
Menurut
penelitian Harapan (2004), yang bertujuan untuk mengidentifikasi tentang
kepuasan kerja dan hubungannya dengan kinerja perawat tetap baik dalam
memberikan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Permata Bunda, menginformasikan
imbalan jasa yang diterima perawat rendah namun kinerjanya tetap baik karena
individu bekerja bukan semata-mata hanya untuk menerima imbalan jasa saja
tetapi juga untuk mencari kepuasan kerja tersendiri.
Agar
dapat melakukan manajemen kinerja dengan baik, organisasi harus merancang
sistem imbalan yang baru. Untuk melakukannya maka harus dipertimbangkan bentuk
imbalan yang sebaiknya diberikan, siapa yang layak menerimanya, perlukah
sesuatu yang bersifat desinsentif (hukuman) dan pengukuran kinerja yang
bagaimana digunakan apakah secara objektif atau secara subjektif (Suroso,
2003).
Suroso
(2003) menyatakan bahwa untuk memberikan imbalan dapat digunakan beberapa alat
manajemen kinerja, yaitu Gaji Pokok atau Tunjangan tetap/pembayaran kinerja.
Bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan melalui gaji yang diperoleh
dari organisasi, dengan gaji yang diperolehnya tenaga kerja dapat memenuhi
kebutuhannya (kebutuhan fisik, sosial dan sebagainya baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk keluarganya). Dalam hal besarnya pemberian gaji ini selalu ada
perbedaan pendapat antara pemberi gaji dengan penerima gaji. Tenaga kerja
menghendaki gaji yang setinggi mungkin dan kerja yang sedikit mungkin.
Sebaliknya perusahaan menghendaki gaji yang sedikit mungkin dengan jam kerja
yang panjang (Siregar, 1997).
2.5.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijaksanaan Imbalan
Imbalan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi bagaimana dan mengapa karyawan bekerja pada suatu perusahaan dan
bukan pada perusahaan lain. Imbalan jasa dapat berbentuk intrinsik (internal)
dan ekstrinsik (eksternal). Imbalan intrinsik mencakup aspek
psikologis dan sosial seperti pemberian pujian, sedangkan imbalan ekstrinsik
berupa finansial (Mathis & Jackson, 2002).
Ada banyak faktor yang secara langsung
atau tidak langsung, menentukan tinggi rendahnya imbalan jasa antara lain:
kondisi pasar yang dapat di katakan tidak stabil termasuk harga bahan-bahan
makanan dan biaya hidup yang tinggi ini sangat mempengaruhi kepada kehidupan
banyak orang, disamping tenaga kerja yang banyak pengangguran, tarif imbalan
jasa yang sedang berlaku, memang ada yang minim tapi ada juga yang sudah sesuai
dengan upah minimum propinsi atau besar kecilnya biaya hidup, tapi itu
tergantung kepada kemampuan perusahaan/pemberi kerja untuk membayar (Ruky,
2001).
Dalam menetapkan
kebijaksanaan berkenaan dengan masalah pemberian imbalan (penggajian) ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan, baik yang bersifat
internal perusahaan maupun yang sifatnya eksternal.
2.5.1. Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
internal yang mempengaruhi antara lain adalah :
1.
Kemampuan
perusahaan untuk membayar;
2.
Eksistensi
dari Serikat Pekerja;
3.
Karakteristik
Pekerja;
4.
Karakteristik
Pekerjaan.
Pemberian imbalanpun harus disesuaikan dengan
berat / ringannya beban kerja ataupun tanggung jawab yang harus di pikul oleh
pekerja, termasuk di sini kondisi tempat kerja ataupun besarnya resiko untuk
mendapatkan kecelakaan kerja.
2.5.2. Faktor-faktor
Eksternal
Faktor-faktor
eksternalnya antara lain adalah :
1.
Keadaan
pasar tenaga kerja
Kondisi
tenaga kerja yang ada di pasar tenaga kerja seringkali punya pengaruh yang
besar dalam menentukan besarnya imbalan / gaji yang akan diberikan. Hal ini
berhubungan dengan prinsip supply: demand
, dimana imbalan akan tinggi bilamana tenaga kerja yang kita butuhkan termasuk
tenaga kerja yang langka atau yang sulit di peroleh di pasar tenaga kerja.
Sebaliknya, perusahaan bisa memberikan imbalan yang relatif rendah bilamana
tenaga kerja yang dibutuhkan banyak terdapat di pasar tenaga kerja.
2.
Biaya
hidup
Besarnya
imbalan pertu disesuaikan dengan biaya hidup. Hal ini menyebabkan besarnya
imbalan, seringkali ditentukan berdasarkan daerah dimana perusahaan berada.
3.
Peraturan
pemerintah
Seperti
diketahui Pemerintah, dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja telah menetapkan
adanya gaji/upah minimum yang disusun berdasarkan kebutuhan fisik
minimum/kebutuhan hidup minimum.
2.6.Falsafah Pemberian Imbalan
Sistem
peemberian imbalan dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat adil dan
kompetitif. Kedua sifat tersebut akan dapat dipenuhi bilaman perusahaan
memperhatikan baik faktor-faktor internal maupun eksternal perusahaan dalam
menetapkan besarnya imbalan.
2.7.Proses Penetapan Sistem Imbalan
A. Analisa
Jabatan
Pada perusahaan
yang baru berdiri, belum bisa dilakukan analisa jabatan. Dalam kondisi
demikian, paling tidak bisa dilakukan penentuan sasaran jabatan. Output jabatan
haruslah menjadi syarat bagi pemegang jabatan, juga dalam penetapan imbalan.
Dikenai adanya 3 kategori sasaran jabatan, yaitu :
1.
Sasaran
Rutin
2.
Sasaran
Pemecahan Persoalan
3.
Sasaran
Pembaharuan
B. Evaluasi
Jabatan
Penentuan
nilai jabatan, relatif terhadap jabatan lainnya yang ada dalam satu perusahaan
perlu dilakukan sebagai dasar untuk menentukan besarnya imbalan yang adil.
C. Survey
Upah
Penelitian
untuk mengetahui standard upah yang berlaku pada perusahaan-perusahaan sejenis
di daerah tempat perusahaan berada perlu dilakukan untuk bisa menentukan
besamya imbalan yang kompetitif.
D. Penetapan
kebijakan
Kebijakan
mengenai sistem imbalan ditetapkan oleh perusahaan, dengan memperhatikan
beberapa faktor antara lain:
1.
Peraturan
Pemerintah
2.
Hukum
3.
Kondisi
Ekonomi
4.
Kondisi
Pasar Tenaga Kerja
5.
Kedudukan
yang ingin di capai perusahaan (citra)
E. Penetapan
Harga Jabatan
Pada
akhirnya perusahaan perlu menetapkan struktur imbalan/ kurva imbalan untuk
semua jabatan yang ada dalam perusahaan tersebut, mulai yang paling rendah
sampai yang paling tinggi.
Langkah-Iangkah
dalam proses penetapan sistem imbalan ini secara skematis dapat dilihat pada
Gambar 1.1 berikut:
BAB III
KESIMPULAN
3.1.Kesimpulan
Manusia memang
makhluk yang tidak lepas dari imbalan, setiap yang ingin dilakukannya pasti
karena adanya imbalan atau adanya timbal balik kepadanya. Oleh karena itu,
penting sekali ketika dalam suatu organisasi harus ada yang namanya imbalan
baik itu berupa materi ataupun nonmateri. Sehingga anggota organisasi merasa
dihargai dan diperhatikan oleh pimpinannya atas kontribusi yang dilakukan
anggota organisasi. Sekecil apapun kontribusinya maka disitu harus ada imbalan.
Karena hanya Allah-lah yang tak pernah berharap sepeserpun imbalan dari
makhluk-Nya.
3.2.Saran
1. Makalah Sistem
Pemberian Imbalan ini bukanlah satu-satunya sumber untuk menjadi referensi
pembaca. Masaih banyak referensi lain yang lebih layak dan sempurna dari
makalah ini.
2. Ketika bekerja
dalam suatu instansi atau lembaga, sebaiknya orientasi yang harus diterapkan
dalam pikiran adalah bukan orientasi imbalan gaji, akan tetapi berpikir dan
berorientasi bagaimana caranya menciptakan prestasi di instansi atau lembaga
tersebut. Sehingga uanglah yang mencari pekerja tersebut, bukan pekerja yang
mencari uang.
DAFTAR PUSTAKA
Fathansyah, Ir, 2002, Basis Data, Informatika: Bandung.
Indrajit, 2001, Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi
Object. Bandung, Informatika. Jogianto HM. 2005. Sistem Teknologi Informasi. Andi. Yogyakarta.
Robert G Murdick, dkk, Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern,
Jakarta : Erlangga, 1991.
Husna
Suad & Heiddjrachman (1997). Manajemen Personalia. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
Moekiat (1998). Analisis Jabatan.
Penerbit Mandar Maju. Bandung.
Saydam GouzaJi (1996). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Penerbit Djambatan.
Wexley Kenneth N & Yulk Gary (1992). Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia. Penerbit Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Semoga yang Komentar masuk Surga